Gerbang Perbatasan RI Usang, di Timor Leste Terawat dan Terang Benderang




KEFAMENANU (MI)Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan kegiatan mengecat pintu gerbang perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Desa Humusu C, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).


Aksi ini dilakukan karena gerbang tersebut sudah usang dan tak terurus sejak dibangun tahun 2007 silam. Para anggota dewan yang turun langsung mengecat pintu gerbang perbatasan adalah Jefry Unbanunaek (Anggota DPRD Provinsi NTT), Jean Neonufa (Ketua DPRD Kabupaten TTS), dan Roy Babys serta Egy Usfunan (anggota DPRD Kabupaten TTS). 



Jefry Unbanunaek, Minggu (22/2/2015), mengaku prihatin dengan kondisi gerbang perbatasan yang usang dan tidak terurus. Atas dasar keprihatinan itu, dia bersama teman-teman anggota dewan lainnya secara spontan melakukan kegiatan itu. 



“Apa yang kami lakukan hanyalah bentuk dan rasa cinta kami kepada Bangsa Indonesia. Gerbang adalah wajah Indonesia dan sungguh sangat disayangkan gerbang batas yang menggambarkan wajah dan wibawa bangsa, tidak terurus dan bila dibandingkan dengan Timor Leste yang baru merdeka, perbedaannya sangat jauh," kata dia. "Di Timor Leste, fasilitas maupun sarana yang ada sangat baik dan layak,” kata Jefry lagi.



Dalam aksi ini, Jefry mengaku sempat berbincang dengan Komandan Pos dan Manajer Pos Timor Leste. Dari perbincangan itu diketahui bahwa di Timor Leste ada manajer yang mengurus kebersihan dan manajemen pos perbatasan. Sehingga, petugas keamanan tidak terganggu dengan urusan lain yang bukan menjadi tugas mereka. 



Menurut Jefry, pada malam hari, lampu penerangan jalan di wilayah Timor Leste terang benderang, sedangkan di wilayah RI tidak menunjukkan adanya pos perbatasan. Gerbang batas pun catnya sudah usang, beberapa bagian trotoar dan jembatan yang sudah sempat dicat oleh petugas perbatasan, namun kini kembali luntur. 



Kondisi yang minim perhatian di perbatasan sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak sosial. Mungkin saja, kata Jefry, masyarakat yang melihat kondisi ini dapat berpikir bahwa dengan merdeka bisa lebih cepat maju, dan masyarakat bisa lebih cepat merasakan pelayanan.



“Keadaan begini kalau dibiarkan, maka bisa terjadi gejolak di kemudian hari. Untuk itu perhatian Pemerintah melalui pembangunan di wilayah perbatasan yang ada di Provinsi NTT harus segera diberi perhatian oleh pemerintah pusat. Distrik Oekusi, Timor Leste sudah jadi wilayah otonom dan pembangunan sekarang sedang berlangsung," kata dia. 



"Masyarakat tidak tahu dan tidak mau tahu dananya dari mana, yang masyarakat lihat ke depan Timor Leste sudah semakin maju dari kita,” sambung Jefry lagi. 










Sumber : KOMPAS