Merdeka (MI) : Siapa yang tak kenal dengan Jenderal Gatot Soebroto, sosok pahlawan pejuang kemerdekaan ini memiliki peran yang sangat berarti dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan Belanda. Dia dikenal sebagai jenderal lapangan kesayangan TNI AD.
Gatot dikenal terbuka dan ceplas-ceplos. Ada kisah menarik bagaimana hubungan antara Gatot Soebroto dan Soeharto.
Saat itu keduanya terlibat pertempuran di Ambarawa, Jawa Tengah. Soeharto yang kala itu masih berpangkat Mayor diperintahkan untuk menemui atasannya, Gatot Soebroto. Namun, Gatot yang berpangkat Kolonel gemar memanggil anak buah dengan kalimat sesukanya.
"Hei monyet, mari ke puncak sini," teriak Gatot.
Panggilan 'monyet' ini merupakan kalimat legendaris yang selalu diingat seluruh anak buahnya. Sebutan itu selalu keluar jika keadaan hati Gatot sedang senang.
Kisah ini ditulis dalam buku 'TB Silalahi: Bercerita Tentang Pengalamannya' karya Atmadji Sumarkidjo terbitan Kata Hasta Pustaka terbitan 2008, Gatot dan Soeharto memiliki hubungan dekat.
Dalam pertemuan itu, Gatot memerintahkan Soeharto untuk menjaga puncak sebuah bukit di Ambarawa pada malam hari. Bukit ini dipandang sangat strategis bagi para pejuang karena bisa memantau pergerakan musuh, jika jatuh ke tangan Belanda maka akan berakibat buruk bagi TNI kala itu.
Setelah memberikan perintah, Gatot menyerahkan sepenuhnya keamanan di atas bukit kepada sosok yang akan menjadi presiden kedua RI ini. Namun, dia justru gemetar melihat bukit itu ternyata dibombardir secara bertubi-tubi dari Belanda. Suara ledakannya sangat membahana, bahkan Gatot sempat berpikir Soeharto dan anak buahnya pasti tewas dalam serangan itu.
Segera setelah serangan berhenti, Gatot bersama anak buahnya langsung menuju bukit tempat Soeharto serta pasukannya berada. Dia pun memerintahkan beberapa orang kepercayaannya mencari setiap jenazah. Gatot menangis membayangkan jenazah Soeharto ada di antara para korban.
Setibanya di puncak bukit, dia terkejut saat menyaksikan tak ada satu pun mayat yang berserakan. Bahkan, ia lebih terkejut lagi melihat Soeharto dan pasukannya berjalan tanpa terluka sedikit pun dari sisi lain bukit tersebut.
Bagi Gatot, Soeharto adalah salah satu anak buah kesayangannya, alhasil ketika melihat Soeharto keluar dari persembunyian tanpa terluka membuatnya terharu dan langsung memeluknya.
"Kamu masih hidup," ucapnya singkat sembari memeluk Soeharto.
Tak lama, dia pun bertanya bagaimana Soeharto berhasil selamat dari serangan tanpa terluka sedikit pun. Dan Soeharto pun bercerita, menjelang malam setelah mendapat perintah itu, dia berpikir bukit tersebut pasti akan mendapat serangan dari Belanda mengingat posisinya yang sangat strategis.
Soeharto menyadari jika tetap bertahan akan membahayakan nyawanya dan seluruh pasukan. Atas alasan itu, Soeharto mengajak anak buahnya bersembunyi di sisi lain bukit. Perkiraan pun tepat, serangan mortir dan bombardir terjadi malam itu juga.
Mendengar itu, Gatot gembira bukan kepalang. Dia pura-pura marah, tetapi hatinya sangat senang.
"Hei monyet, berarti kau melawan perintah. Saya perintahkan kamu tetap di sini tapi ternyata kau tinggalkan."
Meski marah perintahnya diabaikan, namun Gatot tetap bersyukur Soeharto dan seluruh pasukannya tetap selamat. Kelak, Gatot Soebroto diangkat jadi pahlawan nasional dan namanya menjadi nama jalan protokoler di semua ibu kota provinsi.
Gatot dikenal terbuka dan ceplas-ceplos. Ada kisah menarik bagaimana hubungan antara Gatot Soebroto dan Soeharto.
Saat itu keduanya terlibat pertempuran di Ambarawa, Jawa Tengah. Soeharto yang kala itu masih berpangkat Mayor diperintahkan untuk menemui atasannya, Gatot Soebroto. Namun, Gatot yang berpangkat Kolonel gemar memanggil anak buah dengan kalimat sesukanya.
"Hei monyet, mari ke puncak sini," teriak Gatot.
Panggilan 'monyet' ini merupakan kalimat legendaris yang selalu diingat seluruh anak buahnya. Sebutan itu selalu keluar jika keadaan hati Gatot sedang senang.
Kisah ini ditulis dalam buku 'TB Silalahi: Bercerita Tentang Pengalamannya' karya Atmadji Sumarkidjo terbitan Kata Hasta Pustaka terbitan 2008, Gatot dan Soeharto memiliki hubungan dekat.
Dalam pertemuan itu, Gatot memerintahkan Soeharto untuk menjaga puncak sebuah bukit di Ambarawa pada malam hari. Bukit ini dipandang sangat strategis bagi para pejuang karena bisa memantau pergerakan musuh, jika jatuh ke tangan Belanda maka akan berakibat buruk bagi TNI kala itu.
Setelah memberikan perintah, Gatot menyerahkan sepenuhnya keamanan di atas bukit kepada sosok yang akan menjadi presiden kedua RI ini. Namun, dia justru gemetar melihat bukit itu ternyata dibombardir secara bertubi-tubi dari Belanda. Suara ledakannya sangat membahana, bahkan Gatot sempat berpikir Soeharto dan anak buahnya pasti tewas dalam serangan itu.
Segera setelah serangan berhenti, Gatot bersama anak buahnya langsung menuju bukit tempat Soeharto serta pasukannya berada. Dia pun memerintahkan beberapa orang kepercayaannya mencari setiap jenazah. Gatot menangis membayangkan jenazah Soeharto ada di antara para korban.
Setibanya di puncak bukit, dia terkejut saat menyaksikan tak ada satu pun mayat yang berserakan. Bahkan, ia lebih terkejut lagi melihat Soeharto dan pasukannya berjalan tanpa terluka sedikit pun dari sisi lain bukit tersebut.
Bagi Gatot, Soeharto adalah salah satu anak buah kesayangannya, alhasil ketika melihat Soeharto keluar dari persembunyian tanpa terluka membuatnya terharu dan langsung memeluknya.
"Kamu masih hidup," ucapnya singkat sembari memeluk Soeharto.
Tak lama, dia pun bertanya bagaimana Soeharto berhasil selamat dari serangan tanpa terluka sedikit pun. Dan Soeharto pun bercerita, menjelang malam setelah mendapat perintah itu, dia berpikir bukit tersebut pasti akan mendapat serangan dari Belanda mengingat posisinya yang sangat strategis.
Soeharto menyadari jika tetap bertahan akan membahayakan nyawanya dan seluruh pasukan. Atas alasan itu, Soeharto mengajak anak buahnya bersembunyi di sisi lain bukit. Perkiraan pun tepat, serangan mortir dan bombardir terjadi malam itu juga.
Mendengar itu, Gatot gembira bukan kepalang. Dia pura-pura marah, tetapi hatinya sangat senang.
"Hei monyet, berarti kau melawan perintah. Saya perintahkan kamu tetap di sini tapi ternyata kau tinggalkan."
Meski marah perintahnya diabaikan, namun Gatot tetap bersyukur Soeharto dan seluruh pasukannya tetap selamat. Kelak, Gatot Soebroto diangkat jadi pahlawan nasional dan namanya menjadi nama jalan protokoler di semua ibu kota provinsi.
Sumber : Merdeka