GOTHENBURG (MI) : Perusahaan sistem pertahanan Swedia, Saab Group, menjelaskan, secara prinsip sistem peringatan dini dan kendali terbang (airborne early warning and control/AEW&C) Erieye buatannya bisa dipasang di pesawat-pesawat jarak menengah buatan PT Dirgantara Indonesia, seperti CN-235 dan CN-295.
Selama ini, sistem radar canggih AESA (active electronically scanned array ) tersebut dipasang di atas platform tiga pesawat sipil, Saab 340 dan Saab 2000 yang bermesin turboprop serta Embraer E145 yang bermesin jet (turbofan ).
Erieye berbasis Saab 340, misalnya, dipakai Angkatan Udara (AU) Swedia, Thailand, dan Pakistan. Sementara Erieye berbasis Embraer E145 dipakai AU Brasil dan Meksiko.
Lars Ekstrom, mantan perwira AU Swedia yang kini menjadi pejabat di bagian Pengembangan Bisnis Sistem Pengawasan Udara Saab, Senin (9/3), mengatakan, secara prinsip radar Erieye yang berbentuk seperti papan yang dipasang di atas badan pesawat tersebut bisa dipasang di platform CN-235 atau CN-295.
"Kami bersedia memasangnya di platform-platform baru, termasuk pesawat CN-235 atau CN-295," ujar Ekstrom kepada enam wartawan Indonesia, termasuk Kompas , di Gothenburg, Swedia.
Akan tetapi, Wakil Presiden dan Kepala Bagian Sistem Pengawasan Udara Saab Lars Tossman mengingatkan, proses pemasangan radar sistem Erieye di platform pesawat baru bukanlah proses yang bisa mudah dan cepat dilakukan. Bentuk radar yang besar dan dipasang di atas badan pesawat akan memengaruhi aerodinamika pesawat dan perlu dilakukan modifikasi desain sayap vertikal pesawat.
"Dan, itu membutuhkan tambahan dana hingga ratusan juta dollar AS, belum ditambah proses sertifikasi kelaikan udaranya yang bisa memakan waktu dan biaya lagi," papar Ekstrom.
Sistem AEW&C Erieye saat ini menjadi sistem peringatan dini udara yang paling laris di luar produk buatan AS. Sistem ini serupa dengan sistem AEW&C semacam E-2 Hawkeye yang digunakan, antara lain, oleh AS, Jepang, dan Singapura; atau Boeing E7A Wedgetail yang dipakai Australia.
Sumber : KOMPAS