PALU (MI) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengimbau Santoso, gembong teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, untuk menyerah kepada aparat keamanan. TNI tengah menggelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dengan kekuatan 3.200 personel di sana.
"Nanti kalau bertemu TNI ada dua risikonya, mati atau dia (Santoso) menyerahkan diri," kata Moeldoko, di Kota Palu, Senin (30/3/2015), sesaat sebelum terbang ke Poso untuk membuka latihan perang gabungan TNI.
Santoso adalah pemimpin kelompok teroris yang diduga kuat melakukan serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah.
Saat ini, terdapat latihan PPRC di Poso dari Divisi II Komando Strategis TNI AD yang diperkuat beberapa unsur dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD.
Moeldoko mengatakan, saat ini di Kabupaten Poso terdapat sekelompok sipil kecil dan bersenjata dan tidak boleh dibiarkan. Kelompok yang dimaksud adalah 20-an orang yang saat ini bersembunyi di hutan dan kerap menebar teror kepada aparat dan masyarakat.
"Kelompok itu jangan sampai dibiarkan. Kalau dibiarkan, kelompok radikal lain bisa merasa nyaman di Poso dan tumbuh besar," ujarnya.
Dia mengatakan, jika kelompok pimpinan Santoso itu dibiarkan, kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS) suatu saat bisa bergabung dengan mereka.
"Saya tegaskan, tidak ada tempat untuk ISIS di Indonesia, termasuk di Poso," kata Jenderal bintang empat ini.
Dia juga kembali menegaskan latihan perang seperti di Poso itu latihan rutin tahunan yang lokasinya bisa di mana saja. "Tapi, kalau ketemu Santoso dan tidak mau menyerah, ya saya tembak," katanya.
Sumber : KOMPAS