Jakarta (MI) : Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudumengatakan pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membeli pesawat amfibi ShinMaywa US-2 dari Jepang.
“Kami ingin membeli. Kami masih mempertimbangkan, dan jika kita sudah selesai (penilaian) kita akan melaporkan kepada presiden tentang hal ini, “kata Ryacudu seperti dikutip Japan Time, Rabu 8 April 2015.
Pesawat ShinMaywa US-2 dibangun oleh Shinmaywa Industries Ltd, yang berbasis di Prefektur Hyogo. Ryacudu mengatakan pesawat amfibi itu cocok untuk kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau.
Kata dia, Jepang dan Indonesia sama-sama negara kepulauan yang sering harus berhadapan dengan bencana alam seperti gempa bumi.
“Secara geografis, kita berada di ‘ring of fire’, jadi kita belajar dari Jepang dalam hal penanggulangan bencana,” tuturnya.
Indonesia berusaha untuk memperkuat kekuatan maritim, fungsi patroli laut dan operasi SAR di perairan sekitarnya. ShinMaywa US-2 bisa mendarat dan lepas landas di laut. Pesawat ini sudah digunakan oleh Pasukan Bela Diri Jepang.
Pada bulan Maret lalu, Jepang dan Indonesia menandatangani perjanjian pertahanan yang mengatur kerjasama di berbagai sektor, termasuk kerjasama maritim dan manajemen bencana.
Kecanggihan ShinMaywa US-2
ShinMaywa US-2 disebut-sebut sebagai rajanya operasi amfibi dengan kemampuan Short Take Off and Landing (STOL) yang mengagumkan, terutama ke dan dari permukaan air.
Dengan kemampuan STOL tersebut, ShinMaywa menjadi sangat versatile, dapat memanfaatkan alur dan badan air yang sempit seperti sungai dan danau yang lebih pendek. Artinya pesawat ini tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang.
ShinMaywa US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter. Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter.
Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter.
Kemampuan angkut air untuk operasi pemadaman api juga lebih tinggi, 15 ton air dan retardant, yang artinya dibutuhkan sorti yang lebih sedikit atau kualitas utilitas yang lebih tinggi yang berujung pada efisiensi biaya operasional.
Kemampuan ShinMaywa US-2 untuk beroperasi dari kondisi laut yang diamuk gelombang tinggi menjadi titik kritis, mengingat tipikal lautan di Indonesia Timur yang cenderung bergelombang tinggi pada bulan-bulan tertentu.
Pesawat ini mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414.
“Kami ingin membeli. Kami masih mempertimbangkan, dan jika kita sudah selesai (penilaian) kita akan melaporkan kepada presiden tentang hal ini, “kata Ryacudu seperti dikutip Japan Time, Rabu 8 April 2015.
Pesawat ShinMaywa US-2 dibangun oleh Shinmaywa Industries Ltd, yang berbasis di Prefektur Hyogo. Ryacudu mengatakan pesawat amfibi itu cocok untuk kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau.
Kata dia, Jepang dan Indonesia sama-sama negara kepulauan yang sering harus berhadapan dengan bencana alam seperti gempa bumi.
“Secara geografis, kita berada di ‘ring of fire’, jadi kita belajar dari Jepang dalam hal penanggulangan bencana,” tuturnya.
Indonesia berusaha untuk memperkuat kekuatan maritim, fungsi patroli laut dan operasi SAR di perairan sekitarnya. ShinMaywa US-2 bisa mendarat dan lepas landas di laut. Pesawat ini sudah digunakan oleh Pasukan Bela Diri Jepang.
Pada bulan Maret lalu, Jepang dan Indonesia menandatangani perjanjian pertahanan yang mengatur kerjasama di berbagai sektor, termasuk kerjasama maritim dan manajemen bencana.
Kecanggihan ShinMaywa US-2
ShinMaywa US-2 disebut-sebut sebagai rajanya operasi amfibi dengan kemampuan Short Take Off and Landing (STOL) yang mengagumkan, terutama ke dan dari permukaan air.
Dengan kemampuan STOL tersebut, ShinMaywa menjadi sangat versatile, dapat memanfaatkan alur dan badan air yang sempit seperti sungai dan danau yang lebih pendek. Artinya pesawat ini tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang.
ShinMaywa US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter. Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter.
Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter.
Kemampuan angkut air untuk operasi pemadaman api juga lebih tinggi, 15 ton air dan retardant, yang artinya dibutuhkan sorti yang lebih sedikit atau kualitas utilitas yang lebih tinggi yang berujung pada efisiensi biaya operasional.
Kemampuan ShinMaywa US-2 untuk beroperasi dari kondisi laut yang diamuk gelombang tinggi menjadi titik kritis, mengingat tipikal lautan di Indonesia Timur yang cenderung bergelombang tinggi pada bulan-bulan tertentu.
Pesawat ini mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414.
Sumber : Rtv