Yogyakarta (MI) : Peristiwa sejarah 66 tahun lalu yakni Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 di Yogyakarta direka ulang. Kegiatan ini dilakukan di depan Benteng Vredeburg Yogyakarta, (1/3/2015) pagi.
Sebelum reka ulang, ratusan warga Yogyakarta yang tergabung dalam Paguyuban Wehrkreise III, veteran pejuang, pelajar Yogyakarta dan anggota TNI/Polri melakukan upacara peringatan SO 1 Maret 1949 di Plaza Monumen. Upacara dipimpin Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyudi.
Usai upacara, anggota Paguyuban Jogjakarta 1945, para peminat sejarah bersama aktivis Reenactor dari berbagai kota di Indonesia melakukan reka ulang dan drama SO 1 Maret 1949. Drama penyerangan oleh TNI terhadap markas Belanda yang bermarkas di Benteng Vredeburg Kota Yogyakarta.
Sekitar 100-an orang itu ada yang mengenakan seragam serdadu Belanda lengkap dengan senjata, 3 buah mobil Jeep dan 1 mobil perang Bingo. Sedangkan yang lain mengenakan seragam pejuang atau tentara Indonesia.
Adegan reka ulang diawali dengan peristiwa agresi militer Belanda II dengan merebut lapangan udara Maguwo. Setelah itu Belanda menduduki Yogyakarta. Sementara itu Panglima Jenderal Sudirman memilih keluar kota untuk melakukan perang gerilya.
Menjelang pelaksanaan perundingan perdamaian, tentara Indonesia atas inisiatif Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan memerintahkan Letkol Suharto untuk melakukan serangan umum pada tanggal 1 Maret 1949.
Adegan peperangan yang diperagakan di depan pintu masuk benteng seperti layaknya perang sebenarnya. Para pejuang saat melakukan penyerangan menggunakan sandi "mataram". Peserta yang lain meneriakkan atau menjawab "menang".
Para pejuang Indonesia seolah-olah menyerang terhadap pasukan Belanda yang ada di dalam benteng. Di depan benteng juga terkibar bendera Belanda. Senjata yang mereka bawa juga adalah senjata replika. Sedangkan suara tembakan yang terdengar bukan dari peluru namun petasan kembang api.
Suara meriah, drama selama 3 menit yang disutradarai Komunitas Jocjakarta 45 yang dipimpin Eko "Penyo" Isdiyanto. Warga menyaksikan dari balik pagar di sekitar benteng hingga selesai. Setelah reka ulang dilanjutkan dengan pembukaan pameran perjuangan di dalam Museum Benteng Vredeburg.
"Untuk semua persiapan reka ulang ini terutama untuk properti udah kita persiapkan sejak lama. Selain dari Yogyakarta sendiri, kita juga mengajak komunitas yang lain dari luar Yogyakarta seperti Magelang, Surabaya, Bandung. Bahkan ada peserta asli dari orang Belanda," kata Eko 'Penyo'.
Sumber : Detik