Jakarta (MI) : Setelah ekonomi pulih dari krisis yang mendera sejak 1997, Indonesia kembali gencar memperkuat pertahanan dalam negerinya. Pembelian besar-besaran segera dilakukan, tujuannya adalah untuk mengganti peralatan tempur maupun mesin perang yang sudah usang dengan yang baru.
Sayang, upaya ini sempat terhambat akibat kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang mengembargo pembelian senjata terhadap Indonesia. Meski begitu, Indonesia tetap berupaya melakukan pembelian, salah satunya dengan Rusia demi mendatangkan Sukhoi Su-27.
Berakhirnya embargo senjata membuat Indonesia lebih gencar mencari alutsista baru dari berbagai negara. Mulai dari kapal perang, kendaraan angkut personel hingga tank masuk ke dalam daftar belanja Indonesia.
Rencana-rencana pembelian ini rupanya tak hanya jadi sorotan di Indonesia, tapi juga dunia. Banyak media maupun situs pertahanan internasional memberitakan upaya TNI untuk mengganti alutsista lama dengan yang baru.
Berikut beberapa pembelian alutsista TNI yang jadi perhatian dunia :
Sayang, upaya ini sempat terhambat akibat kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang mengembargo pembelian senjata terhadap Indonesia. Meski begitu, Indonesia tetap berupaya melakukan pembelian, salah satunya dengan Rusia demi mendatangkan Sukhoi Su-27.
Berakhirnya embargo senjata membuat Indonesia lebih gencar mencari alutsista baru dari berbagai negara. Mulai dari kapal perang, kendaraan angkut personel hingga tank masuk ke dalam daftar belanja Indonesia.
Rencana-rencana pembelian ini rupanya tak hanya jadi sorotan di Indonesia, tapi juga dunia. Banyak media maupun situs pertahanan internasional memberitakan upaya TNI untuk mengganti alutsista lama dengan yang baru.
Berikut beberapa pembelian alutsista TNI yang jadi perhatian dunia :
1.Sukhoi Su-35
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan memperbarui armada tempurnya dengan membeli pesawat Sukhoi Su-35 Flanker. Pembelian ini dilakukan untuk mengganti pesawat F-5 Tiger buatan Amerika Serikat yang sudah semakin uzur.
Rencana pembelian Su-35 oleh TNI AU ternyata menjadi sorotan dunia. Sejumlah situs persenjataan dunia ikut menyoroti soal pembelian jet tempur canggih ini. Terbukti pembangunan alutsista TNI cukup dipantau dunia.
Situs airforce-technology.com dan defenseworld.net, laman yang membahas khusus kekuatan tempur udara ini merilis niat Indonesia membeli peralatan canggih buatan Rusia itu.
Dengan mengutip pernyataan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Agus Supriatna, pesawat Su-35 masuk ke dalam daftar pembelian yang dilakukan mulai tahun ini. Selain Su-35, Indonesia juga mengincar F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan Swedish JAS 39 Gripen fighters.
Menurut Agus, Su-35 masuk dalam daftar incaran karena dapat memenuhi kebutuhan alutsista TNI Angkatan Udara, dan lebih mudah dioperasikan. "Semua bisa dipesan, tapi kami sebagai operator ingin empat pesawat baru," ujarnya.
Keinginan tersebut mendapat tanggapan positif dari Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin. Dia berharap agar pembelian pesawat ini bisa terealisasikan.
"Kerja sama militer antara kedua negara telah terbangun beberapa waktu lalu, dan kami ingin meningkatkannya lagi," kata Mikhail.
Meski begitu, Indonesia masih belum memutuskan jenis pesawat tempur untuk menggantikan F-5 E Tigers buatan Northrop Grumman. Saat ini, TNI AU masih mengoperasikan 11 F-5E/F yang bermarkas di Skadron 14 Lanud Iswahyudi.
Sukhoi Su-35 merupakan model terbaru dari Su-27M Flanker, di mana terdapat peningkatan terhadap kemampuan superioritas tempur udara, dan didesain agar bisa menembak berbagai target dengan menggunakan peluru kendali maupun non-kendali.
Rencana pembelian Su-35 oleh TNI AU ternyata menjadi sorotan dunia. Sejumlah situs persenjataan dunia ikut menyoroti soal pembelian jet tempur canggih ini. Terbukti pembangunan alutsista TNI cukup dipantau dunia.
Situs airforce-technology.com dan defenseworld.net, laman yang membahas khusus kekuatan tempur udara ini merilis niat Indonesia membeli peralatan canggih buatan Rusia itu.
Dengan mengutip pernyataan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Agus Supriatna, pesawat Su-35 masuk ke dalam daftar pembelian yang dilakukan mulai tahun ini. Selain Su-35, Indonesia juga mengincar F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan Swedish JAS 39 Gripen fighters.
Menurut Agus, Su-35 masuk dalam daftar incaran karena dapat memenuhi kebutuhan alutsista TNI Angkatan Udara, dan lebih mudah dioperasikan. "Semua bisa dipesan, tapi kami sebagai operator ingin empat pesawat baru," ujarnya.
Keinginan tersebut mendapat tanggapan positif dari Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin. Dia berharap agar pembelian pesawat ini bisa terealisasikan.
"Kerja sama militer antara kedua negara telah terbangun beberapa waktu lalu, dan kami ingin meningkatkannya lagi," kata Mikhail.
Meski begitu, Indonesia masih belum memutuskan jenis pesawat tempur untuk menggantikan F-5 E Tigers buatan Northrop Grumman. Saat ini, TNI AU masih mengoperasikan 11 F-5E/F yang bermarkas di Skadron 14 Lanud Iswahyudi.
Sukhoi Su-35 merupakan model terbaru dari Su-27M Flanker, di mana terdapat peningkatan terhadap kemampuan superioritas tempur udara, dan didesain agar bisa menembak berbagai target dengan menggunakan peluru kendali maupun non-kendali.
2.Helikopter anti-kapal selam
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) segera memperkuat pertahanan perairan dengan mendatangkan helikopter anti-kapal selam. Sebanyak 11 unit heli canggih ini akan dibeli dari perusahaan penerbangan Eropa, Airbus.
Rencana pembelian ini rupanya mulai menjadi perhatian internasional. Sejumlah media menganggap pembelian ini dapat meningkatkan kemampuan militer Indonesia dari ancaman bawah laut.
"Skuadron penerbangan, bernama Skuadron Udara 100, akan dibangun untuk memberi dukungan operasional terhadap armada baru 11 heli anti-kapal selam berupa AS-565 MBe Panther," demikian ditulis thediplomat, Minggu (21/6).
Tidak ada tanggal yang pasti skuadron ini akan mulai beroperasi. Namun, sesuai keterangan dari sejumlah pihak di TNI AL, media ini memperkirakan skuadron akan dimulai saat Panther pertama diterima. Sehingga, unit ini akan terbentuk awal tahun depan.
"Panther ini telah menjadi satu dari platform anti-kapal selam ringan/menengah terbaik di dunia, di mana terdapat sistem ASW terkini serta kemampuannya untuk dioperasikan dari kapal korvet maupun frigat kecil," sahut Kepala Regional Asia Tenggara dan Pasifik, Philippe Monteux di Airbus.
Diperkirakan, heli canggih ini akan diterima secara keseluruhan pada akhir 2017 mendatang. Skadron yang ditugasi untuk mengoperasikannya akan ditempatkan di Lanud Juanda, Surabaya.
Helikopter ini akan dioperasikan untuk kapal korvet SIGMA 10514 dan korver kelas Bung Tomo. Sebagai perlengkapannya, heli AS-565 Panther akan dipasangi torpedo ASW Raytheon Mk 46 atau Whitehead A.244/S lightweight, dan termasuk sonar DS-100 helicopter long-range active sonar (HELRAS).
DS-100 merupakan jenis sonar versi 1.38 kHz dari AQS-18A yang lebih populer. Alat ini mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 500 menter untuk pemantauan dan pencarian bawah laut. Dengan resolusi proses dopler dan denyut yang panjang, bisa mendeteksi kapal selam meski melaju dengan kecepatan sangat rendah.
Bersama L-3, DS-100 bisa dipakai untuk mendeteksi, menetapkan target dan meluncurkan senjata terhadap target kapal selam di kedalaman atau perairan dangkal.
Rencana pembelian ini rupanya mulai menjadi perhatian internasional. Sejumlah media menganggap pembelian ini dapat meningkatkan kemampuan militer Indonesia dari ancaman bawah laut.
"Skuadron penerbangan, bernama Skuadron Udara 100, akan dibangun untuk memberi dukungan operasional terhadap armada baru 11 heli anti-kapal selam berupa AS-565 MBe Panther," demikian ditulis thediplomat, Minggu (21/6).
Tidak ada tanggal yang pasti skuadron ini akan mulai beroperasi. Namun, sesuai keterangan dari sejumlah pihak di TNI AL, media ini memperkirakan skuadron akan dimulai saat Panther pertama diterima. Sehingga, unit ini akan terbentuk awal tahun depan.
"Panther ini telah menjadi satu dari platform anti-kapal selam ringan/menengah terbaik di dunia, di mana terdapat sistem ASW terkini serta kemampuannya untuk dioperasikan dari kapal korvet maupun frigat kecil," sahut Kepala Regional Asia Tenggara dan Pasifik, Philippe Monteux di Airbus.
Diperkirakan, heli canggih ini akan diterima secara keseluruhan pada akhir 2017 mendatang. Skadron yang ditugasi untuk mengoperasikannya akan ditempatkan di Lanud Juanda, Surabaya.
Helikopter ini akan dioperasikan untuk kapal korvet SIGMA 10514 dan korver kelas Bung Tomo. Sebagai perlengkapannya, heli AS-565 Panther akan dipasangi torpedo ASW Raytheon Mk 46 atau Whitehead A.244/S lightweight, dan termasuk sonar DS-100 helicopter long-range active sonar (HELRAS).
DS-100 merupakan jenis sonar versi 1.38 kHz dari AQS-18A yang lebih populer. Alat ini mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 500 menter untuk pemantauan dan pencarian bawah laut. Dengan resolusi proses dopler dan denyut yang panjang, bisa mendeteksi kapal selam meski melaju dengan kecepatan sangat rendah.
Bersama L-3, DS-100 bisa dipakai untuk mendeteksi, menetapkan target dan meluncurkan senjata terhadap target kapal selam di kedalaman atau perairan dangkal.
3.Tank Leopard
Bila alutsista baru bagi TNI AU dan TNI AL masih dalam proses pemesanan dan pembuatan, TNI Angkatan Darat sudah lebih mendapatkan mesin perang baru. Mesin perang yang dimaksud adalah Tank Leopard 2 buatan Rheimentall, Jerman.
Leopard 2 merupakan tank jenis Main Battle Tank (MBT) dengan kemampuan tembak yang cukup mumpuni, beratnya pun mencapai 62 ton dengan jarak tembak 4 km. Tank ini dioperasikan oleh Batalyon Kavaleri 8/2 Narasinga Wiratama di Pasuruan.
Sebelum tiba di Indonesia, rencana pembelian Tank Leopard ini sempat menjadi pusat perhatian dunia, maupun negara tetangga. Beberapa media, khususnya situs militer, memuat berita soal Leopard yang bakal memperkuat pertahanan RI.
Malaysiandefence.com misalnya, memuatnya dengan berjudul 'Indonesia getting Hercules planes and Leopard MBTs too'. Tulisannya menyadur situs berita Asiaone, di mana Indonesia mendapatkan menerima Leopard, ditambah Tank Marder.
Sementara, defenseindustrydaily.com dalam tulisannya berjudul 'Indonesia Becomes the Latest Buyer of German Tanks' lebih menitikberatkan pembelian tank tersebut. Situs ini juga menyebut Indonesia merupakan pengguna tank terbesar, di atas Singapura.
Leopard 2 merupakan tank jenis Main Battle Tank (MBT) dengan kemampuan tembak yang cukup mumpuni, beratnya pun mencapai 62 ton dengan jarak tembak 4 km. Tank ini dioperasikan oleh Batalyon Kavaleri 8/2 Narasinga Wiratama di Pasuruan.
Sebelum tiba di Indonesia, rencana pembelian Tank Leopard ini sempat menjadi pusat perhatian dunia, maupun negara tetangga. Beberapa media, khususnya situs militer, memuat berita soal Leopard yang bakal memperkuat pertahanan RI.
Malaysiandefence.com misalnya, memuatnya dengan berjudul 'Indonesia getting Hercules planes and Leopard MBTs too'. Tulisannya menyadur situs berita Asiaone, di mana Indonesia mendapatkan menerima Leopard, ditambah Tank Marder.
Sementara, defenseindustrydaily.com dalam tulisannya berjudul 'Indonesia Becomes the Latest Buyer of German Tanks' lebih menitikberatkan pembelian tank tersebut. Situs ini juga menyebut Indonesia merupakan pengguna tank terbesar, di atas Singapura.
4.SPR-2 Kopassus
PTPindad mampu membuat senapan sniper SPR 2 yang membuat dunia militer internasional kaget. Pasalnya, senapan ini mampu menjangkau target dengan jitu dalam jarak lebih dari 2 km.
"Kita sedang bikin 150 pucuk (senapan SPR 2) buat Kopassus, dunia sniper internasional sudah gempar. Senapan SPR 2 ini jangkauannya sampai 2 km," kata kadep komunikasi Pindad Sena Maulana di JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu (5/11).
Menurutnya jenis peluru senjata sniper SPR 2 ditakuti banyak negara. Peluru ini mampu menembus kendaraan lapis baja sekalipun.
"Pelurunya 12,7 mm anti material, jenis pelurunya paling ditakuti karena bisa menembus tank dan kendaraan lapis baja. Peluru ini dapat menembus baja lalu terbakar dan meledak di dalam," terang dia.
Masih menurutnya, senapan sniper SPR 2 ini berawal dari sniper SPR 2 milik TNI yang tak berani diuji coba. Kemudian Pindad berusaha menguji dan akhirnya membuat sendiri.
"Tahun 2003, TNI punya 3 pucuk dari negara lain tapi enggak berani uji karena berat dan besar. Akhirnya kita uji bareng-bareng lalu kita buat sendiri tahun 2006, itu awalnya," pungkas dia.
"Kita sedang bikin 150 pucuk (senapan SPR 2) buat Kopassus, dunia sniper internasional sudah gempar. Senapan SPR 2 ini jangkauannya sampai 2 km," kata kadep komunikasi Pindad Sena Maulana di JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu (5/11).
Menurutnya jenis peluru senjata sniper SPR 2 ditakuti banyak negara. Peluru ini mampu menembus kendaraan lapis baja sekalipun.
"Pelurunya 12,7 mm anti material, jenis pelurunya paling ditakuti karena bisa menembus tank dan kendaraan lapis baja. Peluru ini dapat menembus baja lalu terbakar dan meledak di dalam," terang dia.
Masih menurutnya, senapan sniper SPR 2 ini berawal dari sniper SPR 2 milik TNI yang tak berani diuji coba. Kemudian Pindad berusaha menguji dan akhirnya membuat sendiri.
"Tahun 2003, TNI punya 3 pucuk dari negara lain tapi enggak berani uji karena berat dan besar. Akhirnya kita uji bareng-bareng lalu kita buat sendiri tahun 2006, itu awalnya," pungkas dia.
Sumber : Merdeka